Practice Makes Perfect.
BERLATIH membuat SEMPURNA – kira-kira demikian artian harfiah dari kalimat sebelumnya yang saya tuliskan di atas. Mengapa demikian? Karena dengan BERLATIH terus-menerus, segala hal yang dilatih tersebut akan menjadi SEMPURNA. Karena dengan BERLATIH, kita akan lebih mengenal secara rinci apa yang kita latih tersebut. Lebih mengetahui apa yang kurang, dan apa yang lebih. Lebih tahu bagaimana cara mengatasinya.
Menulis sama halnya. Dengan BERLATIH menulis, kita tentunya akan menulis secara SEMPURNA. Karena dengan terus BERLATIH menulis, maka kita akan terbiasa membuat sebuah tulisan. Karena dengan BERLATIH, tulisan kita akan terasah dan juga menjadi lebih baik, karena kita tentunya bisa menganalisa dan melihat perbedaan yang terjadi dari setiap tulisan kita.
BERLATIH, pada intinya adalah melakukan hal yang sama secara berulang-ulang, dalam jangka waktu tertentu dan periodik. Jadi, BERLATIH itu harus dilakukan secara kontinyu, karena jika tidak maka percuma saja BERLATIH tersebut. Hal yang sama di sini, juga berarti kita harus FOKUS untuk terus BERLATIH. Jangan sampai, pikiran kita mudah dialihkan oleh hal-hal lain yang membuat kita lalai BERLATIH.
Orang-orang yang terus BERLATIH, tentunya akan menjadi orang yang SUKSES. Orang yang memiliki KESEMPURNAAN. Contohlah Thomas Alfa Edison, yang BERLATIH terus membuat bola lampu hingga 6000 kali, sebelumnya akhirnya BERHASIL membuat bola lampu yang SEMPURNA. Contoh pula Ir. Soekarno yang terus BERLATIH orasi dan pidato meski di dalam penjara sekalipun, hingga akhirnya dia BERHASIL menjadi Presiden RI yang pertama!
Dalam dunia menulis, tak terlalu beda. Contohlah J.K. Rowling yang menghabiskan berlembar-lembar tisu kertas di sebuah kafe untuk menulis, hingga akhirnya dia berhasil menciptakan seri Harry Potter yang fenomenal itu. Jadi, dengan BERLATIH kemampuan kita akan terasah dan menjadi LEBIH BAIK, dan TERBAIK.
Trus, kalo BERLATIH menulis, harus ngapain aja?
Jawabannya, sudah ditulis sebelumnya. Tapi ya, oke mari dibahas lagi.
Jika kita memutuskan untuk BERLATIH menulis, maka hanya ada dua hal yang harus kita lakukan. FOKUS, dan KONTINYU! Fokus berarti, kita harus tetap BERLATIH menulis dalam hal yang sama. Jika kita ingin menulis fiksi, maka teruslah BERLATIH menulis cerita fiksi. Jika kita ingin menulis biografi, maka teruslah BERLATIH menulis biografi. Dan lain-lain. Hal ini tak lain agar kita mengetahui di mana kekurangan dan kelebihan kita dalam hal tersebut, kemudian direnungkan sambil diperbaiki pada tulisan selanjutnya.
KONTINYU atau BERKELANJUTAN, juga menjadi hal yang penting dalam BERLATIH menulis. Hal ini karena, jika kita BERLATIH menulis tapi tidak sambung dan rutin, maka skill menulis kita bukannya terasah, tapi mudah tumpul kembali. Dianalogikan seperti pensil, jika sering dipakai maka pensil akan diraut kembali dan akhirnya semakin pendek. Tapi, dia berhasil menghasilkan banyak coretan. Dibanding, pensil yang tak pernah dipakai, tetap dibiarkan tajam, tapi tidak ada coretan yang dihasilkan.
Bagaimana dengan Anda sendiri? Bisakah Anda menerapkan agar Anda tetap BERLATIH secara FOKUS dan BERKELANJUTAN?
Billy Koesoemadinata
Penulis - Jurnalis - Blogger (wannabe)
Wednesday, December 31, 2008
Thursday, December 11, 2008
CINTA: Motivasi Terbaik Ketika Menulis
Oleh: Billy Koesoemadinata
Pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Tak sayang, maka tak cinta. Tak cinta, maka??? Saya penasaran dengan Anda semua ketika membaca pepatah tersebut. Apa kira-kira jawaban Anda, untuk kalimat terakhir dari pepatah tersebut. Tapi, jika Anda menanya balik pada saya, maka saya akan mengatakan: Tak cinta, maka TAK BERHASIL!
Lho? Apa hubungannya cinta dengan keberhasilan?
JELAS-JELAS ADA!
Banyak hal yang bisa berhasil ketika CINTA menjadi salah satu landasan untuk berbuat. Sebut saja para pejuang yang rela mengorbankan nyawa mereka di perang perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, hanya KARENA CINTA tanah air. Kemudian, ada lagi para atlet negara yang berhasil mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional, karena mereka pun CINTA tanah air, sekaligus CINTA terhadap olahraga yang mereka tekuni tentunya. Dan, yang paling ekstrem adalah, CINTA Romeo-Juliet yang membuat mereka melakukan segala cara agar bisa bersama, hingga akhirnya mati bersama. – jangan fokus pada matinya, tapi pada melakukan segala cara.
Maksudnya?
Jadi, dari tulisan itu saya ingin memicu pikiran Anda – para pembaca tulisan saya, bahwa dengan CINTA semuanya menjadi mungkin. Bahwa dengan CINTA, semuanya MENJADI BISA. Bahwa dengan CINTA, semuanya MENJADI NYATA! Hal tersebut sudah tertera dengan jelas-jelas di contoh-contoh yang sudah saya berikan. Dan, masih banyak lagi contoh-contoh lain di kehidupan nyata yang sebenarnya bisa dengan mudah Anda dapatkan, asalkan Anda peka.
Menulis tak ada bedanya dengan hal-hal seperti berjuang, bertanding, ataupun menjadi Romeo-Juliet. Menulis pun perlu CINTA! Karena dengan CINTA, menulis menjadi lebih baik. Menulis menjadi lebih indah. – plesetan dari, “Dengan CINTA, dunia akan menjadi lebih indah.” :D
Memang, apa hubungannya CINTA dengan menulis?
Masih ingat tulisan saya yang terlebih dahulu? Tulisan tentang motivasi? Nah, jika kita sudah mengirimkan pesan bawah sadar terhadap diri kita, dan ternyata hasilnya masih ‘biasa-biasa aja’, maka mungkin kita PERLU CINTA terhadap diri kita. Maksudnya, kita harus menanamkan CINTA terhadap alam bawah sadar kita. Dalam artian, kita harus CINTA menulis!
Menulis dengan motivasi, tentunya tulisan akan selesai dengan baik, dan kita pun lebih semangat untuk menulis. Dan, dengan CINTA semuanya akan lebih dahsyat! Karena dengan CINTA, menulis bisa menjadi lebih baik, dan bahkan TERBAIK, selesai dengan SEMPURNA, dan SEMANGAT untuk menulis lebih berkobar-kobar! Bisa dibilang, CINTA adalah motivasi terbaik yang dibutuhkan untuk menulis!
Trus, gimana dong bisa dapetin cinta itu?
Ada hal-hal tertentu yang bisa membuat CINTA menjadi motivasi terbaik ketika kita menulis. Baca hal-hal berikut,
1. Do what you LOVE, and LOVE what you do.
2. You’ll be whether COMPLETELY LOVE it, or completely hate it.
3. Aku CINTA, maka aku ada.
Mari kita bahas satu per satu,
1. Do what you LOVE, and LOVE what you do.
Hal ini jelas-jelas merupakan kalimat motivasi yang baik. Karena, saat ini kecenderungan yang terjadi adalah, kita tidak melakukan hal-hal yang kita inginkan. Kita ‘hanya’ melakukan hal-hal yang ‘perlu’ kita lakukan, dan bukannya ‘ingin’ kita lakukan. Nah, jika kita terus-terusan hanya melakukan yang ‘perlu’ dilakukan, maka sudah pasti CINTA tidak akan datang. Tapi, jika kita melakukan yang ‘ingin’ kita lakukan, CINTA akan selangkah lebih dekat terhadap diri kita.
Selanjutnya, ketika kita sudah melakukan yang ‘ingin’ kita lakukan, maka kita harus CINTA terhadap apa yang sudah kita lakukan tersebut. Kita harus suka terhadap apa yang kita lakukan, karena jika kita tidak menyukai, berarti kita tidak sungguh-sungguh melakukan apa yang ‘ingin’ kita lakukan.
Sederhananya, “Lakukanlah hal yang Anda inginkan, dan kemudian CINTAILAH hal yang sudah Anda inginkan tersebut!”
Jadi, jika Anda menyukai menulis, maka lakukanlah menulis tersebut, dan CINTAILAH tulisan Anda!
2. You’ll be whether COMPLETELY LOVE it, or completely hate it.
Pernyataan ini keluar dari mulut seorang kenalan saya sewaktu saya masih berjibaku di dunia migas dulu. Keluar dari seorang Recruiter, yang tentunya harus bisa memotivasi orang-orang yang direkrutnya agar MAU dan BISA beradaptasi dan juga berkarir di dunia migas yang keras.
Pengertian dari hal tersebut jelas-jelas berarti untuk orang-orang yang masih awam dan baru akan masuk ke dunia migas. Karena pendapat umum, berada di dunia migas, maka pendapatan besar. Padahal, di balik itu ada dunia pekerjaan yang keras. Pilihan tersebut benar adanya, jika kita memang berkeinginan kuat, maka kita akan SANGAT MENCINTAI pekerjaan kita. Tapi, jika kita setengah-setengah, atau tidak berkeinginan kuat, maka kita akan sangat tidak mencintai.
Hal serupa juga sama bila diterapkan melalui tulisan. Dengan keinginan kuat, kita tentunya akan SANGAT MENCINTAI menulis!
3. Aku CINTA, maka aku ada.
Untuk kalimat yang terakhir ini, merupakan salah plesetan saya terhadap perkataan seorang filsuf terkenal (Aku berpikir, maka aku ada – Rene Descartes).
Aku CINTA, maka aku ada. Yah, benar sekali. Jika kita MENCINTAI sesuatu – dalam hal ini, menulis, maka kita akan ada. Kita akan hadir. Kita akan tercipta. Jika kita MENCINTAI menulis, maka kita akan menjadi seorang penulis yang menulis. Dan, dengan CINTA menulis bisa terlaksana, bahkan terus-menerus.
Nah, bagaimana dengan Anda?
Pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Tak sayang, maka tak cinta. Tak cinta, maka??? Saya penasaran dengan Anda semua ketika membaca pepatah tersebut. Apa kira-kira jawaban Anda, untuk kalimat terakhir dari pepatah tersebut. Tapi, jika Anda menanya balik pada saya, maka saya akan mengatakan: Tak cinta, maka TAK BERHASIL!
Lho? Apa hubungannya cinta dengan keberhasilan?
JELAS-JELAS ADA!
Banyak hal yang bisa berhasil ketika CINTA menjadi salah satu landasan untuk berbuat. Sebut saja para pejuang yang rela mengorbankan nyawa mereka di perang perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, hanya KARENA CINTA tanah air. Kemudian, ada lagi para atlet negara yang berhasil mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional, karena mereka pun CINTA tanah air, sekaligus CINTA terhadap olahraga yang mereka tekuni tentunya. Dan, yang paling ekstrem adalah, CINTA Romeo-Juliet yang membuat mereka melakukan segala cara agar bisa bersama, hingga akhirnya mati bersama. – jangan fokus pada matinya, tapi pada melakukan segala cara.
Maksudnya?
Jadi, dari tulisan itu saya ingin memicu pikiran Anda – para pembaca tulisan saya, bahwa dengan CINTA semuanya menjadi mungkin. Bahwa dengan CINTA, semuanya MENJADI BISA. Bahwa dengan CINTA, semuanya MENJADI NYATA! Hal tersebut sudah tertera dengan jelas-jelas di contoh-contoh yang sudah saya berikan. Dan, masih banyak lagi contoh-contoh lain di kehidupan nyata yang sebenarnya bisa dengan mudah Anda dapatkan, asalkan Anda peka.
Menulis tak ada bedanya dengan hal-hal seperti berjuang, bertanding, ataupun menjadi Romeo-Juliet. Menulis pun perlu CINTA! Karena dengan CINTA, menulis menjadi lebih baik. Menulis menjadi lebih indah. – plesetan dari, “Dengan CINTA, dunia akan menjadi lebih indah.” :D
Memang, apa hubungannya CINTA dengan menulis?
Masih ingat tulisan saya yang terlebih dahulu? Tulisan tentang motivasi? Nah, jika kita sudah mengirimkan pesan bawah sadar terhadap diri kita, dan ternyata hasilnya masih ‘biasa-biasa aja’, maka mungkin kita PERLU CINTA terhadap diri kita. Maksudnya, kita harus menanamkan CINTA terhadap alam bawah sadar kita. Dalam artian, kita harus CINTA menulis!
Menulis dengan motivasi, tentunya tulisan akan selesai dengan baik, dan kita pun lebih semangat untuk menulis. Dan, dengan CINTA semuanya akan lebih dahsyat! Karena dengan CINTA, menulis bisa menjadi lebih baik, dan bahkan TERBAIK, selesai dengan SEMPURNA, dan SEMANGAT untuk menulis lebih berkobar-kobar! Bisa dibilang, CINTA adalah motivasi terbaik yang dibutuhkan untuk menulis!
Trus, gimana dong bisa dapetin cinta itu?
Ada hal-hal tertentu yang bisa membuat CINTA menjadi motivasi terbaik ketika kita menulis. Baca hal-hal berikut,
1. Do what you LOVE, and LOVE what you do.
2. You’ll be whether COMPLETELY LOVE it, or completely hate it.
3. Aku CINTA, maka aku ada.
Mari kita bahas satu per satu,
1. Do what you LOVE, and LOVE what you do.
Hal ini jelas-jelas merupakan kalimat motivasi yang baik. Karena, saat ini kecenderungan yang terjadi adalah, kita tidak melakukan hal-hal yang kita inginkan. Kita ‘hanya’ melakukan hal-hal yang ‘perlu’ kita lakukan, dan bukannya ‘ingin’ kita lakukan. Nah, jika kita terus-terusan hanya melakukan yang ‘perlu’ dilakukan, maka sudah pasti CINTA tidak akan datang. Tapi, jika kita melakukan yang ‘ingin’ kita lakukan, CINTA akan selangkah lebih dekat terhadap diri kita.
Selanjutnya, ketika kita sudah melakukan yang ‘ingin’ kita lakukan, maka kita harus CINTA terhadap apa yang sudah kita lakukan tersebut. Kita harus suka terhadap apa yang kita lakukan, karena jika kita tidak menyukai, berarti kita tidak sungguh-sungguh melakukan apa yang ‘ingin’ kita lakukan.
Sederhananya, “Lakukanlah hal yang Anda inginkan, dan kemudian CINTAILAH hal yang sudah Anda inginkan tersebut!”
Jadi, jika Anda menyukai menulis, maka lakukanlah menulis tersebut, dan CINTAILAH tulisan Anda!
2. You’ll be whether COMPLETELY LOVE it, or completely hate it.
Pernyataan ini keluar dari mulut seorang kenalan saya sewaktu saya masih berjibaku di dunia migas dulu. Keluar dari seorang Recruiter, yang tentunya harus bisa memotivasi orang-orang yang direkrutnya agar MAU dan BISA beradaptasi dan juga berkarir di dunia migas yang keras.
Pengertian dari hal tersebut jelas-jelas berarti untuk orang-orang yang masih awam dan baru akan masuk ke dunia migas. Karena pendapat umum, berada di dunia migas, maka pendapatan besar. Padahal, di balik itu ada dunia pekerjaan yang keras. Pilihan tersebut benar adanya, jika kita memang berkeinginan kuat, maka kita akan SANGAT MENCINTAI pekerjaan kita. Tapi, jika kita setengah-setengah, atau tidak berkeinginan kuat, maka kita akan sangat tidak mencintai.
Hal serupa juga sama bila diterapkan melalui tulisan. Dengan keinginan kuat, kita tentunya akan SANGAT MENCINTAI menulis!
3. Aku CINTA, maka aku ada.
Untuk kalimat yang terakhir ini, merupakan salah plesetan saya terhadap perkataan seorang filsuf terkenal (Aku berpikir, maka aku ada – Rene Descartes).
Aku CINTA, maka aku ada. Yah, benar sekali. Jika kita MENCINTAI sesuatu – dalam hal ini, menulis, maka kita akan ada. Kita akan hadir. Kita akan tercipta. Jika kita MENCINTAI menulis, maka kita akan menjadi seorang penulis yang menulis. Dan, dengan CINTA menulis bisa terlaksana, bahkan terus-menerus.
Nah, bagaimana dengan Anda?
Wednesday, December 3, 2008
MOTIVASI! Hal Terpenting Ketika Menulis
Oleh: Billy Koesoemadinata
Yah, benar sekali. Motivasi adalah hal terpenting yang harus kita miliki ketika kita menulis. Karena, jika tidak memiliki motivasi, tak jarang tulisan kita berakhir dengan tidak akan pernah selesai. Bahkan parahnya, sudah berakhir meski belum dimulai.
Maksudnya gimana sih?
Oke, baca terus tulisan ini.
Tak jarang, ketika kita mulai menulis, ada dorongan menggebu-gebu dalam diri kita untuk menulis sesuatu tersebut. Dan kemudian, dorongan tersebut mulai menurun, dan akhirnya hilang sama sekali ketika kita menulis. Banyak hal yang bisa menjadi penyebab mengapa dorongan tersebut menghilang. Namun, hal tersebut akan dibahas di lain kesempatan.
Nah, dorongan tersebut punya nama lain. Yaitu, motivasi. Motivasi adalah dorongan yang membuat kita ingin menulis. Motivasi adalah dorongan yang membuat kita ingin menuntaskan tulisan – mengakhirinya dengan baik-baik, dan bukannya tidak selesai. Motivasi, adalah dorongan untuk menghasilkan karya tulis yang baik.
Trus? Oke, kita emang perlu motivasi. Emangnya, bisa didapetin gitu aja? Gue ‘kan orangnya moody.
Motivasi adalah hal yang bisa didapatkan kapan saja, di mana saja, dan – ini yang terpenting – bagaimana pun caranya! Kenapa saya bilang demikian, karena motivasi tidak akan hadir ketika dia diinginkan untuk hadir. Motivasi justru hadir, karena dia PERLU hadir! Motivasi hadir, karena dia HARUS hadir! Sebuah tulisan yang baik, tentunya PERLU dan HARUS memiliki motivasi. Itulah makanya, sifat seseorang yang moody sekalipun bisa mendapatkan motivasi untuk menulis.
Maksudnya?
Jadi seperti ini. Motivasi yang baik tidak hanya hadir, tapi juga harus kuat. Itulah makanya saya menyebutkan HARUS dan PERLU untuk sebuah motivasi. Karena dengan mengucapkan HARUS dan PERLU dengan kuat, berarti kita secara tidak langsung mengirimkan pesan tidak langsung ke alam bawah sadar kita untuk memiliki motivasi. Dan, biasanya alam bawah sadar kita akan merespon pesan tersebut, yang ujung-ujungnya membuat motivasi kita menjadi lebih kuat! Hal ini sudah saya terapkan ke diri saya pribadi – meski sempat juga down beberapa saat, sehingga motivasi tersebut hilang. :D
Jadi intinya, menulis tanpa motivasi, sama dengan menulis di awang-awang. Menulis tanpa motivasi, sama dengan menulis di dalam pikiran. Hanya bisa mikir tanpa mau melakukan. Menulis tanpa motivasi, sama dengan menulis terus-menerus tanpa ada tujuan dan menulis seenaknya saja.
Jadi? Menulislah dengan MOTIVASI!
Yah, benar sekali. Motivasi adalah hal terpenting yang harus kita miliki ketika kita menulis. Karena, jika tidak memiliki motivasi, tak jarang tulisan kita berakhir dengan tidak akan pernah selesai. Bahkan parahnya, sudah berakhir meski belum dimulai.
Maksudnya gimana sih?
Oke, baca terus tulisan ini.
Tak jarang, ketika kita mulai menulis, ada dorongan menggebu-gebu dalam diri kita untuk menulis sesuatu tersebut. Dan kemudian, dorongan tersebut mulai menurun, dan akhirnya hilang sama sekali ketika kita menulis. Banyak hal yang bisa menjadi penyebab mengapa dorongan tersebut menghilang. Namun, hal tersebut akan dibahas di lain kesempatan.
Nah, dorongan tersebut punya nama lain. Yaitu, motivasi. Motivasi adalah dorongan yang membuat kita ingin menulis. Motivasi adalah dorongan yang membuat kita ingin menuntaskan tulisan – mengakhirinya dengan baik-baik, dan bukannya tidak selesai. Motivasi, adalah dorongan untuk menghasilkan karya tulis yang baik.
Trus? Oke, kita emang perlu motivasi. Emangnya, bisa didapetin gitu aja? Gue ‘kan orangnya moody.
Motivasi adalah hal yang bisa didapatkan kapan saja, di mana saja, dan – ini yang terpenting – bagaimana pun caranya! Kenapa saya bilang demikian, karena motivasi tidak akan hadir ketika dia diinginkan untuk hadir. Motivasi justru hadir, karena dia PERLU hadir! Motivasi hadir, karena dia HARUS hadir! Sebuah tulisan yang baik, tentunya PERLU dan HARUS memiliki motivasi. Itulah makanya, sifat seseorang yang moody sekalipun bisa mendapatkan motivasi untuk menulis.
Maksudnya?
Jadi seperti ini. Motivasi yang baik tidak hanya hadir, tapi juga harus kuat. Itulah makanya saya menyebutkan HARUS dan PERLU untuk sebuah motivasi. Karena dengan mengucapkan HARUS dan PERLU dengan kuat, berarti kita secara tidak langsung mengirimkan pesan tidak langsung ke alam bawah sadar kita untuk memiliki motivasi. Dan, biasanya alam bawah sadar kita akan merespon pesan tersebut, yang ujung-ujungnya membuat motivasi kita menjadi lebih kuat! Hal ini sudah saya terapkan ke diri saya pribadi – meski sempat juga down beberapa saat, sehingga motivasi tersebut hilang. :D
Jadi intinya, menulis tanpa motivasi, sama dengan menulis di awang-awang. Menulis tanpa motivasi, sama dengan menulis di dalam pikiran. Hanya bisa mikir tanpa mau melakukan. Menulis tanpa motivasi, sama dengan menulis terus-menerus tanpa ada tujuan dan menulis seenaknya saja.
Jadi? Menulislah dengan MOTIVASI!
Labels:
Billy Koesoemadinata,
menulis,
motivasi
Subscribe to:
Posts (Atom)